Putratama Taufik

Together We Rise

  • Home
  • Indonesia
    • Shortcodes
    • Sitemap
    • Error Page
  • Beyond Indonesia
  • Photos
  • Contact

CATEGORY >

Showing posts with label Cerita unik. Show all posts
Suatu ketika ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah tunas pohon 
mawar.Dia ingin sekali menanam tunas itu di kawasan belakang rumahnya. Peralatan menanam tanah serta pot untuk pohon mawar tumbuh berkembang dengan segera disiapkan.Di pilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot bunga itu di sudut yang cukup mendapat sinaran matahari. Dia berharap tunasnya ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya tunas pohon mawar itu setiap hari. Dengan tekun dijaganya pohon itu.Tidak lupa jika ada rumput yang menganggu, segera dibuangnya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah kelihatan putik bunga itu.Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna.

Pemuda ini merasa gembira, kerja kerasnya selama ini mulai membuahkan hasil.Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Dia kelihatan heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Dia menyesali akan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini.Tentuduri- duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Pemuda itu mula berkata dalam hati, "Mengapa dari bunga seindah ini, terdapat banyak sekali duri yang tajam? Tentu ianya ini akan menyukarkanku untuk menjaganya nanti. Setiap kali ku rapikan, selalu saja tanganku terluka.Selalu saja ada bagian dari kulitku yang terguris. Ah....pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tidak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini."

Lama kelamaan pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya.Dia mulai tidak ambil perduli. Pohon Mawarnya tidak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini kelihatan tidak bersemi. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun berguguran dan layu.

Jiwa manusia adalah juga seperti mawar tadi. Di dalam setiap jiwa selalu ada 'mawar' yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat.Tuhanlah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Seperti taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang,banyak dari kita yang hanya melihat "duri" yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk kita yang akan berkembang. Kita sering menolak kedudukan kita sendiri. Kita sering kecewa dengan diri kita dan tidak mau menerimanya. Kita berfikir bahwa hanya perkara-perkara yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk "menyirami" perkara-perkara baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tidak pernah memahami potensi yang kita miliki.

Banyak orang yang tidak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tidak menyadari, adanya mawar itu. Kita sering disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lainlah yang kadang harus menunjukkannya.

Jika kita dapat menemukan "mawar-mawar" indah yang tumbuh dalam jiwa
itu,kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita akan terpacu untuk membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang
ditawarkannya, adalah seperti ketenangan air telaga yang menenangkan
kerumitan hati. Mari kita temukan "mawar-mawar" ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin kita juga akan berjumpa dengan onak dan duri, tetapi janganlah karenanya membuat kita berputus asa. Mungkin tangan- tangan kita akan terguris dan terluka, tetapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.

Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaanNya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh - kembangkannya di dalam taman-taman hati kita...karena_Nya saja.
Share on:
Dulu, hidup seorang lelaki ahli ibadah yang selalu tekun beribadah ke masjid. Suatu hari, lelaki yang shaleh itu berkenalan dengan seorang wanita cantik. Selang beberapa lama kemudian, lelaki shaleh itu pun jatuh hati kepadanya. Karena begitu mendalam rasa cintanya, lelaki itu menuut saja ketika si wanita mengajukan syarat untuk memilih antara tiga perkara.

  1. Minum Arak
  2. Berzina
  3. Membunuh Bayi
Mengira minum arak dosanya lebih kecil daripada dua pilihan lain yang diajukan wanita pujaan itu, maka lelaki shaleh itu memilih minum arak saja.

Tetapi apa yang terjadi?
 Dengan meminum arak yang memabukkan itu, malah membuatnya melanggar dua kejahatan yang lain. Dalam keadaan mabuk dan lupa diri, lelaki itu menzinai wanita cantik itu dan membunuh bayi disisinya.
Share on:
Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam adalah sosok suami yang paling mesra terhadap istri-istrinya. Ada beberapa tips untuk menjaga kemesraan yang aku coba kompilasi dari hadits-hadits dan riwayat yang menceritakan ke’romantis’an beliau, Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam.

MENDAHULUKAN ISTRI
Istilah yang cukup akrab di telinga kita,
yang katanya orang-orang modern ini “Ladies First”
ternyata sudah dilakukan Rasulullah sejak berabad-abad yang lalu,
di saat kebudayaan lain di dunia menganggap wanita lebih rendah,
bahkan diragukan statusnya sebagai “manusia”.

Dari Anas, dia berkata, “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR. Bukhary)

MENCIUM ISTRI KETIKA PERGI DAN DATANG
Sungguh hal yang romantis dan bisa menimbulkan rasa kasih sayang jika kita bisa membiasakan mencium istri atau suami ketika hendak bepergian atau baru pulang.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi wudhunya.”(HR. Abdurrazaq)

MAKAN-MINUM SEPIRING /SEGELAS BERDUA
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam“ (HR. Bukhary-Adabul Mufrod)

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum. (HR. Abdurrozaq, Said ibn Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim)

Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam pernah minum di gelas yang digunakan Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit Aisyah. (HR. Muslim)

Bahkan keberkahannya dijamin. Diriwayatkan Abu Hurayrah, “Makanan berdua cukup untuk tiga orang, makanan tiga orang cukup untuk empat orang”. (HR Bukhary (5392) dan Muslim (2058))

SUAMI MENYUAPI ISTRI
Dari Sa’ad bin Abi Waqosh radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu“. (HR. Bukhary (VI/293) dan Muslim (V/71))

LEMAH LEMBUT, MEMANJAKAN ISTRI YANG SAKIT
Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR. Bukhary (4750), Muslim (2770))

BERSENDA GURAU DAN MEMBANGUN KEMESRAAN
Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam tertawa melihat mereka. (HR. Nasa’i)

Dari Zaid ibn Tsabit berkata tentang Rasulullah: suka bercanda dengan istrinya. (HR. Bukhary)

MENYAYANGI ISTRI DAN MELAYANI DENGAN BAIK
Dari Abu Hurayrah, dia berkata, “Rasulullah bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR.Tirmidzy, Ibnu Hibban)

MEMBERI HADIAH
Dari Ummu Kultsum binti Abu Salamah, ia berkata, “Ketika Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam menikah dengan Ummu Salamah, beliau bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku pernah hendak memberi hadiah kepada Raja Najasyi sebuah pakaian berenda dan beberapa botol minyak kasturi, namun aku mengetahui ternyata Raja Najasyi telah meninggal dunia dan aku mengira hadiah itu akan dikembalikan. Jika hadiah itu memang dikembalikan kepadaku, aku akan memberikannya kepadamu.” Ia (Ummu Kultsum) berkata, “Ternyata keadaan Raja Najasyi seperti yang disabdakan Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam, dan hadiah tersebut dikembalikan kepada beliau, lalu beliau memberikan kepada masing-masing istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut beliau berikan kepada Ummu Salamah.” (HR. Ahmad)

TETAP ROMANTIS WALAU ISTRI SEDANG HAID
Haid, adalah sesuatu yang alamiah bagi wanita. Berbeda dengan pandangan kaum Yahudi, yang menganggap wanita haid adalah najis besar dan tidak boleh didekati. Ketika Aisyah sedang haid, Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam pernah membangunkannya, beliau lalu tidur di pangkuannya dan membaca al-Qur’an. (HR. Bukhary 7945)

MENGAJAK ISTRI MAKAN DI LUAR
Mungkin kebanyakan kita, lebih suka pergi bersama teman-teman, meninggalkan istri di rumah. Anas mengatakan bahwa tetangga Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam-seorang Persia-pintar sekali membuat masakan gulai. Pada suatu hari dia membuatkan masakan gulai yang enak untuk Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu dia datang menemui beliau shallalaahu ‘Alaihi Wasallam untuk mengundangnya makan. Beliau bertanya, “Bagaimana dengan ini? (maksudnya Aisyah).” Orang itu menjawab, “Tidak.” Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “(Kalau begitu) aku juga tidak mau.” Orang itu kembali mengundang Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam. Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam bertanya: “Bagaimana dengan ini?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Rasulullah kembali berkata: “Kalau begitu, aku juga tidak mau.” Kemudian, orang itu kembali mengundang Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam, dan Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam kembali bertanya, “Bagaimana dengan ini?” Pada yang ketiga kalinya ini orang Persia itu mengatakan, “Ya.” Akhirnya mereka bangun dan segera berangkat ke rumah laki-laki itu.” (HR. Muslim)

MENGAJAK ISTRI JIKA HENDAK KE LUAR KOTA
Biasanya para suami, kalau ada tugas ke luar kota, hal-hal seperti ini dijadikan kesempatan. Tapi tak ada salahnya kalau rejeki kita cukup, kita ajak istri kita pergi juga, tinggal bilang sama bos (syukur-syukur kalau bos mau bayarin hehehe..), kalau aku, biasanya ya biaya sendiri...

Aisyah berkata, “Biasanya Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam apabila ingin melakukan suatu perjalanan, beliau melakukan undian di antara para istri. Barangsiapa yang keluar nama atau nomor undiannya, maka dialah yang ikut pergi bersama Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR. Bukhary, Muslim)

MENGHIBUR DIRI BERSAMA ISTRI KE LUAR KOTA (ENTERTAINMENT)
Dari Aisyah, dia berkata, “Pada suatu hari raya orang-orang berkulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing. Aku tidak ingat apakah aku yang meminta atau Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam sendiri yang berkata padaku, ‘Apakah engkau ingin melihatnya?’ Aku jawab, ‘Ya.’ Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. Beliau berkata: ‘Teruskan main kalian, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)!’ Hingga ketika aku sudah merasa bosan beliau bertanya, ‘Apakah kamu sudah puas?’ Aku jawab, ‘Ya.’ Beliau berkata, ‘Kalau begitu, pergilah!’” (HR. Bukhary, Muslim)

MENCIUM ISTRI SESERING MUNGKIN
Mencium istri dengan penuh kasih sayang, sangatlah mulia dan romantis. Berbeda dengan ciuman yang dilakukan karena nafsu seperti di film-film kebanyakan. Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam sering mencium Aisyah dan itu tidak membatalkan puasa. (HR. Nasa’i-Sunan Kubra II/204)

SUAMI MENGANTAR ISTRI
Kadang banyak dari kita malas mengantar istri kita bepergian. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika istriku keluar rumah sendirian, ada masalah di jalan, dia kebingungan.

Shafiyyah, istri Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam, menceritakan bahwa dia datang mengunjungi Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam ketika beliau sedang melakukan i’tikaf pada hari sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan. Dia berbicara dekat beliau beberapa saat, kemudian berdiri untuk kembali. Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam juga ikut berdiri untuk mengantarkannya.” (Dalam satu riwayat dikatakan, “Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam berada di masjid. Di samping beliau ada para istri beliau. Kemudian mereka pergi (pulang). Lantas Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepada Shafiyyah binti Huyay, ‘Jangan terburu-buru, agar aku dapat pulang bersamamu’” (HR. Bukhary, Muslim)

SUAMI-ISTRI BERJALAN DI MALAM HARI
Wow, so sweet.. jalan berdua menikmati keindahan alam.
Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam datang pada malam hari, kemudian mengajak aisyah berjalan-jalan dan berbincang-bincang. (HR. Muslim 2445)

PANGGILAN KHUSUS PADA ISTRI
Kadang kita memanggil istri kita, honey, yayank, dan seterusnya, dan seterusnya.. seperti itu pun Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam.

Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam memanggil Aisyah dengan Humairah artinya yang kemerah-merahan pipinya. Rasulullah juga suka memanggil aisyah dg sebutan “aisy atau aisyi”, dalam culture arab pemenggalan huruf terakhir menunjukan “panggilan manja atau tanda sayang”.

MEMBERI SESUATU YANG MENYENANGKAN ISTRI
Dari Sa’id bin Yazid, bahwa ada seorang wanita datang menemui Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam, kemudian Nabi bertanya kepada Aisyah, “Wahai Aisyah, apakah engkau kenal dia?” Aisyah menjawab, “Tidak, wahai Nabi Allah.” Lalu, Nabi bersabda, “Dia itu Qaynah dari Bani Fulan, apakah kamu mau ia bernyanyi untukmu?”, maka bernyanyilah qaynah itu untuk Aisyah. (HR. An-Nasa’i-Asyratun Nisa’, no. 74)

MEMPERHATIKAN PERASAAN ISTRI
“Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya merengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya.” (Diriwayatkan Maisarah ibn Ali dari ar-Rafi’ dari Abu Sa’id Alkhudzri)

SEGERA MENEMUI ISTRI JIKA TERGODA
Dari Jabir, sesungguhnya Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda, “Wanita, kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan. Bila seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu.” (HR. Tirmidzy)

BERPELUKAN SAAT TIDUR
Tidak kudeskripsikan, soalnya ada teman-teman fb yang belum nikah. (HR.Tirmidzy 132)

MEMBANTU PEKERJAAN RUMAH TANGGA
Hal inilah yang kadang-kadang masih males. Tapi jika dikerjakan berdua, biasanya jadi tidak berasa, sambil bercanda ataupun ngobrol-ngobrol.
Aisyah pernah ditanya, “Apa yang dilakukan Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam di rumahnya?” Aisyah menjawab, “Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya.” (HR. Bukhary)

MENGISTIMEWAKAN ISTRI
Dari Anas, dia berkata, “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah.” (HR. Bukhary)

MENDINGINKAN KEMARAHAN ISTRI DENGAN MESRA
Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam biasa memijit hidung Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, “Wahai ‘Aisy, bacalah do’a: ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)

TIDUR DI PANGKUAN ISTRI
Dari Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata, “Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam biasa meletakkan kepalanya di pangkuanku walaupun aku sedang haidh, kemudian beliau membaca al-Qur’an.” (HR. ‘Abdurrazaq)

MANDI ROMANTIS BERSAMA PASANGAN
Aisyah pernah mandi satu bejana bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. (HR. Nasa’i I/202)

RAMBUT DISISIRKAN ISTRI
Dari Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata, “Saya biasa menyisir rambut Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam, saat itu saya sedang haidh.” (HR. Ahmad)

MEMBELAI ISTRI
“Adalah Rasulullah shallalaahu ‘Alaihi Wasallam tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti mengelilingi kami semua (istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampiri dan membelai kami dengan tidak mencampuri hingga beliau singgah ke tempat istri yang beliau giliri waktunya, lalu beliau bermalam di tempatnya.” (HR. Ahmad)

Dan masih banyak tips lain yang bisa dilakukan sesuai kreatifitas kalian semua.
Nabi shallalaahu ‘Alaihi Wasallam, “Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga dan istrinya. Dan saya adalah orang yang paling baik terhadap istri dan keluargaku.” (HR. Tirmidzy)

Semoga bermanfaat. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah selalu, aamiin!

Subhaanallaah, Allaahu Akbar, Wallaahu a’lamu bishshawwaab
Share on:







Mereka serasa tertidur satu hari didalam gua, namun zaman ternyata telah berganti selama 309 tahun (pendapat lain menyatakan 350 tahun).

وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِئَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعاً
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (QS 18:25)
Bagaimana bisa?


Hal ini bisa dibuktikan dengan analisis melalui fisika modern, yaitu teori relativitas Einstein.

“Jika suatu benda, makhluk hidup atau apa saja yang bergerak dengan kecepatan tertentu (mendekati kecepatan cahaya), maka benda tersebut akan mengalami dilatasi waktu dan kontraksi panjang.”


Dan didalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 18 termaktub :

وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظاً وَهُمْ رُقُودٌ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ وَكَلْبُهُم بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيدِ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَاراً وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْباً

“Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.” (QS 18:18)

“…Kami balik-balikkan mereka kekanan dan kekiri…” yang berarti mereka di dalam gua bergerak (digerakkan) dengan kecepatan tertentu. Berapa kecepatan mereka, sehingga mereka dapat hidup melitasi zaman? Dari data-data yang kita dapatkan dari Al-Quran berikut analisis untuk menjawab pertanyaan tersebut, sekaligus pembuktian kebenaran Ashabul Kahfi dalam Al-Quran.
Dari Al-Quran diperoleh data bahwa waktu menurut mereka (Ashabul Kahfi yang bergerak) t0 = 1 hari. Sedangkan waktu yang sebenarnya adalah t = 309 tahun = 109386 hari (tahun qomariah 1 tahun = 354 hari).


Dan jika nilai t1 dan t0 dimasukkan kedalam rumus :


V2 = 0,99999.C2
V = 0,999999C

Dari penjabaran diatas, jika para Ashabul Kahfi bergerak (digerakkan) mendekati kecepatan cahaya, maka ini membutktikan bahwa peristiwa tersebut sangatlah masuk akal untuk terjadi.

Kemudian penjelasan lainnya.

“…Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka…”
Mengapa orang yang melihat mereka ketakutan?
Seperti penjelasan teori relativitas diatas, bahwa jika suatu benda bergerak dengan kecepatan tinggi maka selalu mengalami dilatasi waktu juga mengalamai kontraksi panjang dengan perumusan ;
Jika V mendekati kecepatan cahaya, maka nilai L1 ( panjang benda yang diamati oleh kerangka acuan yang berbeda) akan mendekati nol. Ini berarti Ashabul Kahfi sudah hampir tidak terlihat wujudnya oleh orang yang melihatnya dari luar.

Namun bahwa mereka digerakkan ke kakan dan ke kiri , yang berarti mereka bergerak bolak balik, sesuai dengan teori fisika bahwa sebuah benda yang bergerak dengan arah yang berlawanan dengan arah semula, maka benda tersebut akan mengalami berhenti sesaat sebelum berbalik arah. Pada saat berhenti sesaat ini, maka panjangnnya akan kembali seperti semula. Sehingga setiap saat mereka akan berubah dari ukuran semula… mengecil… menghilang… membesar… ukuran semula. Begitu seterusnya. Dengan kecepatan yang sangat tinggi. Bisa dibayangkan bagaimana wujud mereka. Tentulah sangat mengerikan bukan?
Penjelasan berikutnya.

فَضَرَبْنَا عَلَى آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَداً
“Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,” (QS 18:11)

Mengapa telinga mereka ditutup?
Sebagaimana kita semua telah mengetahui bahwa bunyi ditimbulkan dari suatu benda yang bergetar atau bergerak dan getaran benda itu menggetarkan udara. Selanjutnya udara tersebut menggetarkan selaput telinga, gendang telinga yang frekwensi getarannya sama dengan getaran frekwensi getaran benda, maka kita mendengar bunyi.

Namun apabila suatu benda bergerak diatas kecepatan bunyi, maka akan terjadi patahan gelombang (supersonic fracture) yang menimbulkan ledakan suara yang luar biasa kuatnya, bahkan mengakibatkan pecahnya kaca dan bengunan-bangunan. Misalnya pada pengemudian pesawat supersonic yang mengakibatkan suara yang meledak-ledak dan meruntuhkan bangunan dan kaca-kaca disekitarnya.

Demikian pula dengan Ashabul Kahfi. Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwa gerakannnya mendekati kecepatan cahaya sehingga juga berlaku patahan-patahan gelombang, yang akan menimbulkan ledakan suara seperti halnya pesawat supersonic. Oleh karena itu sesuai dengan ayat 11 surat Al Kahfi telinga mereka ditutup selama beberapa tahun, ternyata guna melindungi gendang telinga meraka dari ledakan-ledakan suara yang ditimbulkan dari gerakan mereka yang terlalu cepat.
Dari analisis diatas kita dapat membuktikan secara ilmiah kebenaran cerita Ashabul Kahfi yang dulu oleh orang-orang barat dianggap cerita fantasi. Karena mereka mengganggap cerita itu tidak masuk akal, dan selama ini belum terbukti orang mampu hidup tanpa makan dan minum sampai bertahun-tahun.

Dan mereka memvonis semua cerita yang tidak masuk akal tidak dapat diterima sebagi suatu kebenaran. Persepsi yang demikian itu salah, analisis diatas membuktikan bahwa sesuatu yang tadinya tidak masuk akal menjadi masuk akal. Ini membuktikan bahwa akal manusia itu terbatas, karena mungkin akal manusia belum mampu mencerna dan menganalisis hal-hal tersebut.
Wallahu a’lam bishowab...
Share on:
(Seri Kecerdasan Ali bin Abi Thalib)

Dari Imam Ali ra yang menceritakan Ashabul Kahfi kepada seorang Yahudi yang ingin menguji kecerdasan Imam Ali ra. Apabila Imam Ali ra tidak bisa menceritakandan menjawab pertanyaannya, maka ia tidak mau memeluk ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.

Tiga orang pendeta Yahudi datang menemui Imam Ali ra, mereka ingin menguji kebenaran agama Islam.
Salah seorang berkata, “Wahai Ali, ada satu masalah yang ingin kutanyakan kepadamu.”

Imam Ali ra pun berkata, “Bertanyalah sesukamu!
”
Pendeta Yahudi tadi berkata, “Beritahukan kepadaku tentang sekelompok remaja pada zaman dahulu. Yang mana mereka mati selama tiga ratus sembilan tahun, lalu Allah hidupkan kembali. Bagaimana kisah mereka itu?”

Imam Ali ra tersenyum dan mulai menceritakan keinginan dari pendeta Yahudi tersebut, “Wahai Yahudi, mereka adalah penghuni gua (Ashabul Kahfi). Allah telah menurunkan atas Nabi kami, Muhammad saw, al-Quran yang memuat kisah mereka. Kalau engkau mau, akan kami bacakan kisah mereka di hadapanmu.”

Orang Yahudi berkata, “Betapa sering aku mendengar bacaan al-Quran. Kalau engkau memang tahu, katakan kepadaku nama-nama mereka, nama raja, nama anjing, nama gunung, nama gua dan kisah mereka dari awal sampai akhir!”

Lalu Imam Ali ra duduk sambil mengangkat kedua lututnya dengan melilitkan sorban pada kedua lututnya, dengan sorban Rasulullah saw, seraya berkata, “Wahai saudara bangsa Arab, kekasihku Muhammad saw pernah bercerita kepadaku bahwa di daerah Romawi terdapat sebuah kota bernama Afsus dan juga dinamakan Thurthus. Nama kota itu di zaman jahiliyah adalah Afsus, lalu ketika Islam datang dinamakan Thurthus. Mereka mempunyai seorang raja yang saleh. Beberapa waktu kemudian, raja itu wafat, lalu tersebar berita kematiannya hingga seorang raja dari Persia yang bernama Diqyanus, mendengar berita tersebut. Diqyanus adalah raja yang sangat zalim dan kafir. Dia datang bersama bala tentara ke kota Afsus dan menjadikan sebagai kerajaannya, dan membangun sebuah istana megah.”

Yahudi itu berkata, “Jika anda benar-benar tahu, maka jelaskan kepadaku tentang istana itu dan ruangan-ruangannya!”

Imam Ali ra segera menjawab, “Raja itu membangun istana dari marmer, panjangnya satu farsakh atau sama dengan 5 hingga 6 km, lebarnya satu farsakh. Di dalamnya terdapat empat ribu pilar dari emas dan seribu lampu emas, lantainya dari suasa dan setiap malam diisi dengan minyak wangi yang harum. Ia letakkan di tumur, seratus delapan puluh kekuatan, demikian juga di bagian baratnya. Matahari dari sejak terbit sampai terbenam mengitari istana. Ia membuat singgasana dari emas yang panjangnya delapan puluh hasta dan berhiaskan mutiara. Ia letakkan di sebelah kanan singgasana delapan puluh kursi emas untuk para panglimanya dan si sebelah kirinya delapan puluh kursi emas juga. Dia duduk di atas singgasananya sambil mengenakan mahkota di atas kepalanya.”

Yahudi itu dengan bersemangat berkata melanjutkan, “Wahai Ali, jika engkau sungguh mengetahui, katakan kepadaku terbuat dari apa mahkotanya?”

Imam Ali ra menjawab, “Wahai saudara Yahudi, mahkotanya terbuat dari emas cetakan yang mempunyai sembilan pucuk. Pada setiap pucuk terdapat lampu yang bersinar laksana lampu yang bersinar di malam yang gelap. Dia memiliki lima puluh remaja dari anak para panglima. Mereka berpakaian terbuat dari sutera merah dan celana yang terbuat dari sutera hijau. Mereka memakai mahkota, gelang tangan dan gelang kaki yang terbuat dari emas berkilauan. Dia juga jadikan enam pemuda dari kalangan ulam sebagai menteri-menteri. Dia tidak akan menetapkan satu keputusan tanpa berdiskusi dengan mereka. tiga orang dari mereka berdiri di sebelah kanan dan tiga orang di sebelah kiri sang raja.”

Yahudi berkata, “Wahai Ali! Jika Anda benar, beritahu aku siapa nama enam orang itu?”

Imam Ali ra menjawab, “Kekasihku Muhammad saw bercerita padaku, bahwa tiga orang yang di sebelah kanan adalah Tamlikho, Muksalmina, dan Muhsalmina. Sedang yang di sebelah kiri Marthuliyus, Kaythus, dan Sadaniyus. Raja itu senantiasa meminta pendapat dari mereka dalam segala urusannya. Jika ia duduk di singgasananya yang mewah setiap hari, orang-orang pun berkumpul di sekitarnya, maka datanglah tiga pemuda dari sebuah pintu. Di tangan salah seorang dari mereka terdapat gelas emas yang berisi minyak kesturi (misk). Di tangan pemuda kedua adalah gelas perak berisi air mawar, serta di tangan pemuda ketiga bertengger seekor burung yang molek. Jika yang satu berteriak, maka burung itu terbang menuju gelas yang berisi air mawar, lalu ia mandi dengan air mawar itu. Bulu dan sayapnya menyerap air mawar yang wangi.
Jika yang kedua berteriak, maka si burung terbang menuju gelas yang berisi minyak wangi (misk). Burung kecil itu pun mandi dan menyerap minyak wangi dengan bulu dan sayapnya. Kemudian jika yang ketiga berteriak, maka burung itu terbang menuju mahkota raja untuk kemudian mengibaskan bulu dan sayapnya di atas kepala raja.

Raja itu memegang kekuasaannya selama tiga puluh tahun tanpa pernah mengalami sakit kepala, panas, flu, dan sakit lainnya. Melihat keadaan dirinya seperti itu, ia menjadi congkak dan angkuh, sehingga dia mengakui dirinya sebagai tuhan (Rabb). Dia mengajak menteri dan rakyatnya untuk menyembah kepada dirinya. Setiap orang yang menerima pengakuan dirinya sebagai tuhan, akan diberi hadiah dan mendapat keistimewaan, sedangkan yang enggan untuk menerimanya akan disiksa dan dibunuh. Akhirnya mereka tunduk kepada keinginan sang raja. Menteri dan penjaga istana menganggap dia sebagai tuhan selain Allah swt.

Suatu hari di saat pesta berlangsung, sang raja duduk di atas singgasana sambil mengenakan mahkota di atas kepalanya. Tiba-tiba muncul beberapa panglima menyampaikan berita, bahwa pasukan Persia telah siap membunuh raja. Sang raja amat panik, hingga mahkota yang dikenakannya jatuh dari atas kepala, sedang ia sendiri terjungkal dari singgasana. Salah seorang dari tiga pemuda yang berada di samping raja menyaksikan hal tersebut. Dia adalah si cerdik bernama Tamlikho. Pemuda itu berpikir dan berkata dalam hatinya, “Jika Diqyanus (si raja itu) adalah tuhan seperti yang ia akui sendiri, pastilah ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak kencing atau buang air. Karena semua bukan sifat dari Tuhan.

Setiap hari enam pemuda tersebut selalu berkumpul di tempat salah seorang dari mereka.  Setelah terjadi peristiwa tadi, mereka tengah berkumpul di tempat Tamlikho, namun Tamlikho tidak ikut makan dan minum. Mereka bertanya, “Wahai Tamlikho, mengapa engkau tidak makan dan minum?” Tamlikho menjawab, “Wahai saudara-saudaraku, telah terjadi sesuatu dalam hatiku, ini yang mencegahku makan, minum dan tidur.
Mereka bertanya, “Apa itu wahai Tamlikho?”

Dia menjawab, “Aku lama sekali berpikir tentang langit. Aku berkata, “Siapa yang meninggikan langit menjadi atap yang kokoh tanpa ada pengikat di atasnya dan tanpa tiang penyangga di bawahnya? Siapa yang menjalankan matahari dan bulan? Siapa yang menghiasi langit dengan bintang gemintang? Lalu aku lama termenung tentang bumi ini, siapa yangmenjadikannya terapung di alas permukaan laut? Siapa yang menahan dan mengikatnya dengan gunung-gunung yang kokoh agar tidak tenggelam?”

Kemudian aku berpikir tentang diriku. Aku berkata,
“Siapa yang mengeluarkanku dari rahim ibu? Siapa yang memberiku makan dan membimbingku? Sungguh ada Pencipta dan Pengatur semua ini selain Diqyanus.”

Lima pemuda tadi tersungkur ke lantai, mencium kedua kaki Tamlikho dan berkata, “Wahai Tamlikho, sungguh telah terjadi di hati kami apa yang telah melanda hatimu. Berilah kami petunjuk!”

Tamlikho berkata, “Wahai saudara-saudaraku, aku tidak mendapatkan jalan untukku dan untuk kalian, selain lari dari penguasa zalim menuju Penguasa langit dan bumi.”

Mereka berkata, “Pendapat yang benar adalah pendapatmu.”

Tamlikho bangkit membeli kurma dengan uang tiga dirham, lalu menyimpannya di dalam selendang. Mereka naik kuda dan pergi ke luar kota. Setelah berjalan sejauh tiga mil dari kota, Tamlikho berkata, “Saudaraku, telah hilang dari kita raja dunia dan kekuasaannya. Turunlah dari kuda dan berjalanlah, semoga Allah memudahkan urusan kalian dan memberikan jalan keluar kepada kita.”
Mereka pun turun dari kuda dan berjalan kaki sejauh tujuh farsakh, sampai kaki mereka berdarah kerena tidak terbiasa.

Tiba-tiba seorang penggembala menghampiri mereka…
Tamlikho bertanya, “Wahai penggembala, apakah engkau memiliki seteguk air atau susu?”
Aku punya apa yang kalian inginkan, tetapi aku lihat wajah kalian adalah wajah-wajah para raja. Menurutku kalian melarikan diri. Ceritakan pengalaman kalian kepadaku!
Kami memeluk agama yang melarang berbohong. Apakah kejujuran membuat kami selamat?
Maka mereka pun menceritakan apa yang mereka alami. Si penggembala langsung tersungkur mencium kaki mereka sambil berkata, “Sungguh terjadi di hatiku apa yang terjadi di hati kalian.
Si penggembala meminta mereka menunggunya. Sementara dia mengembalikan kambing-kambing kepada pemiliknya.

Mereka menunggu sampai si penggembala kembali, tapi kali ini dia kembali dengan diikuti seekor anjing.
Ketika para pemuda itu melihat anjing, satu sama lain saling berbicara…
Kami khawatir anjing ini akan membuka rahasia kita dengan gonggongannya.
 Mereka minta dengan sangat agar di penggembala mengusir anjingnya dengan batu.
Anjing itu berwarna hitam pekat dan namanya Qithmir. Ketika anjing itu melihat gelagat mereka, anjing itu pun lalu duduk dan dapat berbicara, “Wahai manusia, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu atas-Nya. Izinkan aku menjaga kalian dari musuh yang akan mengganggu kalian. Aku ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan hal itu.” Lalu mereka pun mengijinkannya.
Lalu mereka pun melanjutkan perjalanan. Sang penggembala mengajak para pemuda itu untuk menaiki gunung dan bersembunyi di dalam sebuah gua.

Orang Yahudi berkata, “Wahai Ali, apa nama gunung itu dan apa nama gua itu?”

Amirul Mukminin menjawab, “Wahai saudara Yahudi, nama gunung itu adalah Najlus dan nama gua itu adalah Washid atau Khairam.”

Imam Ali ra melanjutkan ceritanya, “Ternyata di dalam gua itu terdapat beberapa pohon yang berbuah dan mata air yang bening. Mereka memakan buah-buahan dan meminum air tersebut. Ketika malam tiba, mereka masuk ke dalam gua sedangkan anjing itu duduk di pintu gua, sambil menjulurkan kedua kaki depannya. Lalu Allah menyuruh malaikat maut untuk mencabut ruh mereka sementara waktu, dan menugaskan dua malaikat lainnya untuk menjaga dan mengurus setiap orang dari mereka. Kedua malaikat itu membalik-balikkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri dan dari kiri ke kanan.

Allah mewahyukan kepada matahari agar pada saat terbit bercondong dari gua mereka ke sebelah kanan dan ketika terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri.

Ketika raja Diqyanus kembali dari upacara, ia bertanya tentang para pemuda itu. Lalu dikatakan kepadanya, bahwa mereka telah meyakini Tuhan selain Raja Diqyanus. Mereka telah keluar dari istana dan melarikan diri darinya. Mendengar hal itu, maka raja pergi dengan depalan puluh ribu pasukan berkuda untuk mencari sang pemuda.

Sampailah sang raja di sebuah gunung dan ia sendiri yang naik ke atas gunung itu, kemudian mendekati sebuah gua. Raja melihat para pemuda yang dicari tengah berbaring, dia yakin para pemuda itu tengah tidur.
Raja berkata kepada anak buahnya, “Kalau aku hendak menyiksa mereka, aku tidak akan menyiksa lebih dari mereka menyiksa diri mereka sendiri. Datangkanlah para tukang bangunan!”

Akhirnya mulut gua ditutup dengan batu-batu dan sang raja berkata, “Katakanlah kepada mereka agar memohon kepada Tuhan mereka yang berada di langit. Jika benar ada, maka Tuhan mereka akan mengeluarkan para pemuda itu dari sini.”

Para pemuda tinggal dan tertidur di dalam gua selam tiga ratus sembilan tahun. Lalu Allah swt menghidupkan mereka kembali ketika matahari mulai terbit. Satu sama lain saling berkata, “Sungguh kami telah lalai dari ibadah kepada Allah swt. Mari kita pergi ke mata air.”

Ternyata mata air dan pohon-pohon telah kering. Salah seorang berkata, “Sungguh ini adalah hal yang sangat aneh. Bagaimana mata air seperti ini menjadi kering hanya dalam tempo satu malam, beitu juga dengan pepohonannya?”

Lalu Allah membuat mereka merasa lapar. Salah seorang berkata, “Siapa di antara kita yang bisa pergi membawa uang ke kota, membeli sesuatu untuk kita makan?
Hendaknya dia teliti jangan sampai makanan itu bercampur dengan lemak babi, seperti tercantum dalam firman Allah.

“Maka utuslah seorang dari kalian dengan (membawa) uang ini ke kota dan lihatlah makanan yang paling bersih.” (QS. Al-Kahfi: 19)

Yaitu makan yang halal dan enak untuk dimakan.”

Tamlikho berkata, “Wahai saudara-saudaraku, aku saja yang membeli makanan itu. Tetapi, wahai penggembala, berikan bajumu kepadaku dan kenakan bajuku ini.”

Tamlikho mengenakan baju si penggembala dan berjalan melalui tempat-tempat yang tidak ia ketahui. Ternyata di atas pintu gerbang kota berkibar bendera hijau yang bertuliskan

 “Tiada Tuhan selain Allah dan Isa Ruhullah”. Pemuda itu terpana melihat bendera itu, dan mengusap-usap matanya seraya berkata, “Apakah aku sedang bermimpi.”

Sesaat berlalu ia memasuki kota, dan melewati sekelompok orang yang tengah membaca kitab Injil. Beberapa orang menyapanya hingga ia sampai ke pasar dan menemui pedangang roti.

 Ia berkata, “Wahai tukang roti apa nama kota ini?”
“Afsus” jawab tukang roti ramah.
Ia bertanya lagi, ”Siapakah rajamu?”
“Abdurrahman”’ jawabnya singkat.
Tamlikho berkata, “Jika Anda benar, sungguh yang kualami ini sangat aneh. Berikan padaku makanan seharga uang dirham ini.”

Uang dirham yang berlaku pada masa Tamlikho berat dan besar, sehingga si tukang roti terheran-heran melihatnya.

Orang Yahudi berkata kepada Ali, “Jika kamu benar-benar tahu, katakan padaku berapa berat dirham itu?”

Imam Ali ra menjawab, “Wahai saudara Yahudi, kekasihku Muhammad saw memberitahuku, bahwa berat dirham itu sepuluh kali dari berat dirham saat ini.”

Imam Ali ra melanjutkan, “Tukang roti berkata kepada Tamlikho, “Wahai pemuda, engkau telah mendapat harta karun? Berikan sebagian kepadaku, jika tidak Anda akan kubawa kepada raja.”
Tamlikho berkata, “Aku tidak mendapatkan harta karun. Dirham ini kuperoleh dari hasil menjual buah-buahan seharga tiga dirham, tiga hari yang lalu. Aku keluar dari kota ini, sementara penghuninya sedang menyembah raja Diqyanus.”

Penjual roti pun marah mendengarnya, “Tidakkah kamu senang mendapat harta karun, lalu memberikan sebagiannya kepadaku? Mengapa engkau menyebut seorang pengusa zalim yang mengaku dirinya tuhan? Dia telah mati tiga ratus tahun yang lalu. Anda telah menghinaku!”

Tukang roti menangkap Tamlikho, dan orang-orang pun berkumpul. Kemudian ia dibawa menghadap sang raja yang cerdas dan adil, “Apa yang pemuda ini lakukan?”

Mereka pun menjawab, “Orang ini telah mendapat harta karun.”

Raja berkata, “Tenanglah, Nabi kita Isa as membolehkan kita mengambil harta karun, tidak lebih dari seperlimanya saja. Maka serahkanlah kepadaku seperlima dari harta karun tersebut, setelah itu kamu dapat pergi dengan selamat.”

Tamlikho berkata, “Wahai raja, lihatlah masalahku ini. Aku tidak mendapatkan harta karun. Aku penduduk kota ini.”

“Kamu penduduk kota ini?” Tanya raja.

“Ya”, jawabnya.

Raja bertanya lagi, “Apa kamu kenal seseorang di kota ini?”

“Ya”, jawabnya Tamlikho. Kemudian ia menyebutkan kira-kira seribu orang. Namun tak satupun dari mereka yang dikenal oleh mereka yang berkumpul.

Sang raja berkata, “Hai, kami tidak ernah mengenal nama-nama itu. Mereka bukan penduduk zaman ini. Apa kamu punya rumah di kota ini?”

Tamlikho menjawab, “Ya, wahai paduka yang mulia. Utuslah seseorang bersamaku!”

Raja kemudian mengutus beberapa orang untuk pergi bersamanya. Mereka pergi menuju sebuah rumah yang berada di dataran tertinggi kota itu. Mereka sampai di satu rumah dan lalu mengetuknya. Tidak lama kemudian keluarlah seorang tua renta, kedua alisnya panjang terurai ke bawah menutupi kedua matanya.

Pengawal berkata, “Pemuda ini mengaku bahwa ini adalah rumahnya.”

Orang tua itu marah dan menoleh kepada Tamlikho, “Siapa namamu?!”

“Tamlikho bin Filsin”, jawab Tamlikho.

Ulangi lagi!

Tamlokho bin Filsin

Kemudian orang tua itu tersungkur menciumi tangan dan kaki Tamlikho,
“Dia adalah kekekku. Dia adalah salah seorang pemuda yang lari dari Diqyanus, raja yang zalim, menuju Raja langit dan bumi. Sungguh Nabi Isa pernah mengatakan, bahwa mereka akan hidup kembali di dunia ini.”

Berita tersebut akhirnya sampai ke telinga raja, ia pun segera mendatangi mereka.
Ketika melihat Tamlikho, raja segera turun dari kuda dan mengangkat Tamlikho ke atas pundaknya. Orang-orang pun menciumi tangan dan kaki Tamlikho.

Mereka bertanya, “Hai Tamlikho, apa yang sedang dikerjakan teman-temanmu? Tamlikho memberitahu bahwa mereka berada di dalam gua. Pada saat itu kota Afsus dikuasai oleh dua penguasa, penguasa mukmin dan kafir.

Keduanya lalu berangkat diiringi para pengikutnya. Ketika mereka mendekati gua, Tamlikho berkata kepada mereka, “Aku khawatir saudara-saudaraku mendengar suara kaki kuda  dan gemerincing senjata, sehingga mereka anggap Diqyanus telah bersiap menyerang. Mereka akan sangat ketakutan. Oleh karenanya kalian tinggallah di sini sebentar, biarkan aku masuk ke dalam untuk memberitahu mereka.

Mereka pun setuju dan Tamlkho masuk menemui teman-temannya.
Para pemuda tadi langsung merangkul Tamlikho sambil berkata, “Alhamdulillah.” Allah swt telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanus!”

Tamlikho berkata, “Tahukah kalian, berapa lama kita tinggal di tempat ini?”

“Dua hari satu malam”, jawab mereka.

Tamlikho berkata lagi, “Tidak, tetapi kalian tinggal di sini, tiga ratus sembilan tahun!” Diqyanus kini telah mati. Waktu demi waktu telah berlalu dan kini penduduk kota telah beriman kepada Allah Yang Mahabesar.
Mereka berkata, “Wahai Tamlikho, kamu ingini kita berbuat fitnah (baca: keributan atau prahara) kepada orang-orang itu?”

Kata Tamlikho, “Lalu apa yang kalian inginkan?”

Mereka berkata, “Angkatlah tanganmu, kami akan mengangkat tangan kami.” Mereka semua mengangkat tangan dan berdoa, “Ya Allah, demi kebenaran yang Engkau tampakkan kepada kami, berupa keanehan dalam diri kami, cabutlah nyawa kami agar tidak seorang pun mengetahui kami.

Allah swt mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawa mereka. Lalu Allah menutup pintu gua.
Kedua raja itu tidak sabar menanti. Mereka segera menyusul Tamlikho karena lama.

Dua penguasa tadi mengelilingi gua selama tujuh hari tujuh malam, namun tidak menemukan pintu atau lubang pada gua itu. Mereka berdua yakin bahwa itu adalah kebesaran ciptaan Allah Yang Mahamulia, dan bahwa keadaan ini merupakan pelajaran (‘ibrah) penting yang diperlihatkan kepada kita semua.

Penguasa yang beriman berkata, “Meraka mati atas dasar agamaku dan akan kubangun di atas pintu gua ini, sebuah mesjid.” Sementara penguasa kafir berkata, “Tidak! Mereka mati atas dasar agamaku dan akan kubangun tempat peribadatan.”

Akhirnya mereka berperang dan penguasa mukmin mengalahkan penguasa kafir, yang dijelaskan Allah swt: “Dan berkata orang-orang yang menang, akan kami jadikan di atas mereka sebuah mesjid” (QS. Al-Kahfi: 21).

Itulah kisah mereka, wahai Yahudi.”

Lalu Imam Ali ra berkata, “Aku bertanya kepadamu wahai Yahudi, apakah semua itu sesuai dengan yang ada di dalam Taurat kalian?”

Orang Yahudi itu berkata, “Anda tidak menambah dan tidak mengurangi satu kata pun wahai Abul Hasan. Jangan lagi anda panggil aku Yahudi. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah hamba serta utusan Allah, dan anda adalah orang yang paling pandai dari umat Muhammad ini.”


Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini adalah Allah swt akan menolong orang-orang yang berbuat baik dan ingin menghancurkan serta meninggalkan kezaliman.
Allah swt akan selalu menjaga dan mencintai orang-orang yang beriman kepada-Nya dan kepada utusan-Nya.
Share on:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ يَقُولُ: إِنِّي لَفِي الْقَوْمِ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذْ قَامَتِ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّهَا قَدْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لَكَ فَرَ فِيهَا رَأْيَكَ. فَلَمْ يُجِبْهَا شَيْئًا، ثُمَّ قَامَتْ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّهَا قَدْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لَكَ فَرَ فِيهَا رَأْيَكَ. فَلَمْ يُجِبْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتِ الثَّالِثَةَ فَقَالَتْ: إِنَّهَا قَدْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لَكَ فَرَ فِيهَا رَأْيَكَ، فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَنْكِحْنِيهَا. قَالَ: هَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: اذْهَبْ فَاطْلُبْ وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ. فَذَهَبَ فَطَلَبَ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ: مَا وَجَدْتُ شَيْئًا وَلاَ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ. فَقَالَ: هَلْ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ شَيْءٌ؟ قَالَ: مَعِي سُورَةُ كَذَا وَسُورَةُ كَذَا. قَالَ: اذْهَبْ فَقَدْ أَنْكَحْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآن

ِDaripada Sahl bin Sa’id As-Sai’di, ia berkata: 

Sesungguhnya aku berada pada suatu kaum di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba berdirilah seorang wanita seraya berkata: 
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia telah menghibahkan dirinya untukmu, perhatikanlah dia, bagaimana menurutmu.” 

Beliau pun diam dan tidak menjawab sesuatupun.Kemudian berdirilah wanita itu dan berkata:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia telah menghibahkan dirinya untukmu, perhatikanlah dia, bagaimana menurutmu.”

Beliaupun diam dan tidak menjawab sesuatupun. Kemudian ia pun berdiri untuk yang ketiga kalinya dan berkata: “Sesungguhnya ia telah menghibahkan dirinya untukmu, perhatikan dia, bagaimana menurutmu.”

Kemudian berdirilah seorang laki-laki dan berkata:
“Ya Rasulullah, nikahkanlah saya dengannya" 

Beliaupun menjawab:
“Apakah kamu memiliki sesuatu?”

Ia berkata:“Tidak.” Kemudian beliaupun berkata: 
“Pergilah dan carilah (mahar) walaupun cincin dari besi.”

Kemudian iapun mencarinya dan datang kembali kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata:
“Saya tidak mendapatkan sesuatupun walaupun cincin dari besi.”

Maka Rasulullah bersabda:
“Apakah ada bersamamu (hafalan) dari Al-Qur`an?”

Ia berkata:
“Ada, saya hafal surat ini dan itu.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
“Pergilah, telah aku nikahkan engkau dengan dia dengan mahar berupa Al-Qur`an yang ada padamu.”

Share on:
Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.

"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau risaukan..?" Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"

Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan. "Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu.

Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar. Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.

"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu."

"Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri."

Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya. MoralMencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya. Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.

Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.

Saya percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.
Share on:
Seorang pria mendatangi seorang Sufi yang diseganinya, “Sufi, saya bosan hidup. Rumah tangga berantakan. Usaha kacau. Saya ingin mati saja.”

Sang Sufi tersenyum, “Oh, kamu pasti sedang sakit, dan penyakitmu pasti bisa sembuh.”


“Tidak Sufi, tidak. Saya sudah tidak ingin hidup lagi, saya ingin mengakhiri hidup saya ini saja,” tolak pria itu.


“Baiklah kalau memang itu keinginanmu. Ambil racun ini. Minumlah setengah botol malam ini, sisanya besok sore jam 6. Jam 8 malamnya engkau akan mati dengan tenang.”


Pria itu bingung. Pikirnya setiap Sufi yang ia pernah datangi selalu memberikannya semangat hidup. Tapi yg ini sebaliknya dan justru menawarkan racun.


Sesampainya di rumah, ia minum setengah botol racun yang diberikan Sufi tadi. Ia memutuskan makan malam dengan keluarga di restoran mahal dan memesan makanan favoritnya yang sudah lama tidak pernah ia lakukan. Untuk meninggalkan kenangan manis, ia pun bersenda gurau dengan riang bersama keluarga yang diajaknya. Sebelum tidur pun, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu.”


Besok paginya dia bangun tidur, membuka jendela kamar dan melihat pemandangan di luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk jalan pagi.


Pulang ke rumah, istrinya masih tidur. Ia pun membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, dan satunya untuk istrinya.


Istrinya yang merasa aneh, kemudian terheran-heran dan bertanya, “Sayang, apa yg terjadi? Selama ini, mungkin aku ada salah ya. Maafkan aku ya sayang?”


Kemudian dirinya mengunjungi ke kantornya, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun sampai bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Ia menjadi lebih toleran, apresiatif terhadap pendapat yang berbeda. Ia seperti mulai menikmatinya.


Pulang sampai rumah jam 5 sore, ternyata istrinya telah menungguinya. Sang istri menciumnya, “Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkanmu.” Demikian halnya dengan anak-anaknya yang berani bermanjaan kembali padanya.


Tiba-tiba, ia merasa hidup begitu indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan racun yang terlanjur sudah ia minum?


Bergegas ia mendatangi sang Sufi, dan bertanya cemas mengenai racun yang telah sebelumnya ia minum kemarin. Sang Sufi dengan enteng mengatakan, “Buang saja botol itu. Isinya hanyalah air biasa kok. Dan saya bersyukur bahwa ternyata kau sudah sembuh.”


“Bila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan ini. Maka leburkan “belenggu egomu”. Satu kata untukmu, “Bersyukurlah”. Karena itulah rahasia kehidupan sesungguhnya. Itulah kunci kebahagiaan, dan jalan menuju ketenangan”.
Share on:
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.
“Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”

Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.


Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.


Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.


Cerita di atas adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”.


Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa’ yang disantap orang, atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara’.

Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja’.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka. Cobalah untuk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan katakan dalam hatimu “Air mata ku diperhitungkan Tuhan dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menja
di mutiara!
Share on:
Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn 'Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka'bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu

"Allah mengujiku rupanya", begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti 'Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara 'Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; 'Utsman, 'Abdurrahman ibn 'Auf, Thalhah, Zubair, Sa'd ibn Abi Waqqash, Mush'ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti 'Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, 'Abdullah ibn Mas'ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan 'Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

'Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. "Inilah persaudaraan dan cinta", gumam 'Ali.

"Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku."

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

'Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. 'Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah 'Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya 'Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, 'Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, "Aku datang bersama Abu Bakar dan 'Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan 'Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan 'Umar.."

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana 'Umar melakukannya. 'Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

'Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka'bah. "Wahai Quraisy", katanya. "Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang 'Umar di balik bukit ini!" 'Umar adalah lelaki pemberani. 'Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. 'Umar jauh lebih layak. Dan 'Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti
Ia mengambil kesempatan
Itulah keberanian
Atau mempersilakan
Yang ini pengorbanan

Maka 'Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran 'Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti 'Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi'kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya 'Abdurrahman ibn 'Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa'd ibn Mu'adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn 'Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

"Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?", kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. "Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. "

"Aku?", tanyanya tak yakin.

"Ya. Engkau wahai saudaraku!"

"Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?"

"Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!"

'Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

"Engkau pemuda sejati wahai 'Ali!", begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, "Ahlan wa sahlan!" Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

"Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?"

"Entahlah.."

"Apa maksudmu?"

"Menurut kalian apakah 'Ahlan wa Sahlan' berarti sebuah jawaban!"

"Dasar tolol! Tolol!", kata mereka,

"Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !"

Dan 'Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, 'Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

'Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, "Laa fatan illa 'Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!" Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti 'Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada 'Ali, "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda"

'Ali terkejut dan berkata, "kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?"

Sambil tersenyum Fathimah berkata, "Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu" ini merupakan sisi ROMANTIS dari hubungan mereka berdua.

Kemudian Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut."

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

"Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak." (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)


Kisah Romantis ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul "Mencintai sejantan 'Ali"
Share on:
Pada masa Rasulullah, di Madinah, tinggallah seorang pemuda bernama Zulebid. Dikenal sebagai pemuda yang baik di kalangan para sahabat. Juga dalam hal ibadahnya termasuk orang yang rajin dan taat.

Dari sudut ekonomi dan finansial, ia pun tergolong berkecukupan. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, ia hendak melaksanakan sunnah Rasul yaitu menikah. Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolak oleh pihak orang tua ataupun sang gadis dengan berbagai alasan.

Akhirnya pada suatu pagi, ia menumpahkan kegalauan tersebut kepada sahabat yang dekat dengan Rasulullah.

“Coba engkau temui langsung Baginda Nabi, semoga engkau mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagimu”, nasihat mereka.

Zulebid kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Baginda Nabi.

Sambil tersenyum beliau berkata:
“Maukah engkau saya nikahkan dengan putri si Fulan?”

“Seandainya itu adalah saran darimu, saya terima. Ya Rasulullah, putri si Fulan itu terkenal akan kecantikan dan kesholihannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapapun.

“Katakanlah aku yang mengutusmu”, sahut Baginda Nabi.
“Baiklah ya Rasul”, dan Zulebid segera bergegas bersiap dan pergi ke rumah si Fulan.

Sesampai di rumah Fulan, Zulebid disambut sendiri oleh Fulan
“Ada keperluan apakah hingga saudara datang ke rumah saya?” Tanya Fulan.

“Rasulullah saw yang mengutus saya ke sini, saya hendak meminang putrimu si A.” Jawab Zulebid sedikit gugup.

“Wahai anak muda, tunggulah sebentar, akan saya tanyakan dulu kepada putriku.”

Fulan menemui putrinya dan bertanya, “bagaimana pendapatmu wahai putriku?”

Jawab putrinya, “Ayah, jika memang ia datang karena diutus oleh Rasulullah saw, maka terimalah lamarannya, dan aku akan ikhlas menjadi istrinya.”

Akhirnya pagi itu juga, pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid kemudian memboyong istrinya ke rumahnya.
Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata,” duhai Anda yang di wajahnya terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau dengan memilihku menjadi suamimu?”

Jawab istrinya, ” Engkau adalah lelaki pilihan rasul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik darimu untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam yang dinantikan para pengantin.”

Zulebid tersenyum. Dipandanginya wajah indah itu ketika kemudian terdengar pintu rumah diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.

Zulebid masuk kembali ke rumah dan menemui istrinya.

“Duhai istriku yang senyumannya menancap hingga ke relung batinku, demikian besar tumbuhnya cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku itu. Aku mohon keridhoanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang. Kiranya Allah mengetahui semua arah jalan hidup kita ini.”

Istrinya menyahut, “Pergilah suamiku, betapa besar pula bertumbuhnya kecintaanku kepadamu, namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikannya terhadapmu. Doa dan ridhoku menyertaimu”

Zulebid lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat dan berdesing hingga beberapa orang musuh pun tewas ditangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhi…ketika sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Zulebid terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang berseliweran di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tak beraturan, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya.

Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orangtuanya yang begitu dikasihinya. Teringat akan masa kecilnya bersama-sama saudaranya. Berlari-larian bersama teman sepermainannya.

Berganti bayangan wajah Rasulullah yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala ia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai memejam, senyum menghiasinya … Zulebid pergi menghadap Ilahi, gugur sebagai syuhada.

Rasulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Di antara para mujahid tersebut terdapatlah tubuh Zulebid yang tengah bersandar di tumpukan mayat musuh.

Akhirnya dikuburkanlah jenazah zulebid di suatu tempat. Berdampingan dengan para syuhada lain.

Tanpa dimandikan …
Tanpa dikafankan …

Tanah terakhir ditutupkan ke atas makam Zulebid.

Rasulullah terpekur di samping pusara tersebut.
Para sahabat terdiam membisu.

Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah seperti menahan isak tangis. Air mata berlinang di dari pelupuk mata beliau
Lalu beberapa waktu kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum.

Wajah beliau berubah menjadi cerah. Belum hilang keheranan shahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau.

Akhirnya keadaan kembali seperti semula ..
Para shahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, mengapa di pusara Zulebid engkau menangis?”

Jawab Rasul, “Aku menangis karena mengingat Zulebid. Oo ..
-Zulebid, pagi tadi engaku datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkau pun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia.Seharusnya saat ini Engkau sedang menantikan malam Zafaf, malam yang ditunggu oleh para pengantin.”

“Lalu mengapa kemudian Engkau menengadah dan tersenyum?” Tanya sahabat lagi.

” Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulebid,” Jawab Rasulullah.

“Dan lalu mengapa kemudian Engkau memalingkan pandangannya dan menoleh ke samping?” Tanya mereka lagi.

“Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulebid, beberapa diantaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulebid. Hingga dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya.”

Di rumah, istri Zulebid menanti sang suami yang tak kunjung kembali. Ketika terdengar kabar suaminya telah menghadap sang ilahi Rabbi, Pencipta segala Maha Karya.

Malam menjelang …
Terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi dan dan nyata ..

Lamat-lamat ia seperti melihat Zulebid datang dari kejauhan .. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan pula ..

Terdengar Zulebid berkata, “Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu disini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari disini pabila aku menyebut namamu akan menggumamkan cemburu padamu…. Dan kan kubiarkan engkau yang tercantik di hatiku.”

Istri Zulebid, terdiam.
Matanya basah …
Ada sesuatu yang menggenang disana ..

Seperti tak lepas ia mengingat acara pernikahan tadi pagi ..
Dan bayangan suaminya yang baru saja hadir ..
Ia menggerakkan bibirnya ..
“Suamiku, aku mencintaimu …
Dan dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita ..
Aku ikhlas …..”

Dan,..
Akan kemanakah kumbang terbang ..
Pada siapa rindu mendendam ..
Kekasih yang terkasih ..
Pencinta dan yang dicinta ..
Semua berurai air mata ..
Sedih, ataukah bahagia …..?

Wallahu a'lam bishshawab......
Share on:

Bismillaah ...

Kata orang, “Sabar itu ada batasnya”, atau “Habis sudah kesabaranku!”, “Masak disuruh sabar terus??”.

Maka katakanlah,

“Dalam Islam, sabar itu tidak ada batasnya. Dan nasehat yg paling baik dan sangat berharga adalah nasehat utk bersabar.”

APA BUKTINYA BAHWA NASEHAT ‘BERSABAR’ ADALAH NASEHAT YG PALING BAIK DAN UTAMA??

BUKTINYA, BACA KISAH BERIKUT INI:

Ketika diutusnya Rasulullah untuk menyampaikan kebenaran dari Allah dan mengeluarkan manusia dari gelapnya kesesatan yang menyelubungi kehidupan mereka. Berita tentang datangnya Nabi baru itu tak lepas juga dari perhatian ‘Ammar bin Yasir. Kemudian dengan rasa penasaran ia mendatangi Rasulullah di rumah Arqom bin Arqom dan mendengarkan langsung wahyu yang diturunkan kepada beliau . Hatinya pun tertambat dan merasakan ketenangan yang tiada tara, yang menjadikan Allah membuka hatinya untuk memeluk Islam. Setelah membaca dua kalimat syahadat, ia langsung menemui ibunya, Sumayyah, dan menawarkan agama baru itu kepada ibunya. Gayung pun bersambut, hati wanita tua yang telah lama kosong itu pun disinari cahaya Ilahi. Tanpa keraguan sedikit pun, begitu juga suaminya, Yasir, yang juga bersegera menyambut ajakan putranya untuk memeluk Islam.

Maka bergabunglah keluarga yang bersahaja itu dalam bahtera Islam, yang pada masa itu para pengikutnya sangat terkekang dan disudutkan, terutama bagi mereka dari golongan rendah seperti keluarga Yasir.Mendengar berita keislaman keluarga Yasir, orang-orang musyrikin, terutama Bani Makhzum, menjadi murka dan berang. Bila sahabat Rasulullah yang lain, seperti Abu Bakar, terlindungi oleh kaumnya karena kedudukannya, maka keluarga Yasir dan Sumayyah setelah Bani Makhzum menabuhkan genderang perangnya terhadap Islam, tak ada lagi yang dapat melindungi mereka dari hinaan dan siksaan kaum kafir Quraisy. Hanya Allah-lah yang dapat melindungi mereka dari segalanya. Tidaklah seseorang dikatakan beriman kecuali setelah diuji dan diberi cobaan dalam agama dan kehidupan mereka. Jika mereka mampu bersabar maka mereka itulah orang-orang yang benar dan tulus keimanannya.

Itulah yang sekarang menimpa Sumayyah dan suaminya serta putranya. Orang-orang Quraisy tanpa rasa iba dan kasih sayang menyeret mereka di jalanan dan membawa mereka ke padang pasir di tengah terik matahari, dengan memakaikan baju besi kepada mereka untuk menambah penderitaan mereka. Setelah keringat mereka berhenti mengalir, tubuh mereka kering, dan darah mereka mulai bercucuran, mereka dipaksa untuk kembali murtad dari agama Islam dan dipaksa untuk menghina dan mencaci Rasulullah , dan memuji tuhan-tuhan mereka.

Namun hati-hati yang telah mendapatkan ketenangan dan kedamaian dari petunjuk Allah itu tak bergeming sedikit pun, walau disiksa dan dibunuh sekalipun. Panasnya matahari tak lagi mereka takuti, mereka lebih takut akan siksa api neraka yang berlipat-lipat lebih panas dari panasnya matahari di dunia.

Kejamnya para penyiksa tak juga mereka takuti, karena mereka lebih takut kepada Alloh yang maha pedih siksanya dan berkuasa atas segala sesuatu. Makin tubuh mereka disiksa makin bertambah keimanan dan penyerahan diri mereka kepada Allah.Rasulullah setiap kali melewati mereka,
beliau berkata:
“Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.”
Ya.. surga adalah sesuatu yang paling berharga. Sudah selayaknya sesuatu yang berharga dibayar mahal sesuai dengan nilainya, dan untuk mendapatkannya diperlukan kesabaran dan pengorbanan.Tubuh Yasir yang sudah renta tak mampu bertahan di bawah penyiksaan, hingga akhirnya ruhnya meninggalkan dunia yang fana ini menghadap Allah untuk mencari sesuatu yang kekal yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya.

Keadaan Sumayyah juga sangat menyedihkan. Siksaan demi siksaan ia hadapi dengan penuh kesabaran. Tak sedikit pun terbetik dalam hatinya untuk menyerah dan kembali kepada agamanya yang dulu setelah cahaya Islam menerangi relung hatinya. Abu Jahal yang melihat kekerasan hati wanita itu mendekatinya dan mengeluarkan kata-kata jorok serta menghina Sumayyah sepuasnya. Namun Sumayyah dengan tegas menjawab dengan jawaban yang membuat Abu Jahal berang dan merah mukanya. Dengan hati sangat mendongkol ia mengambil tombak dan menusukkannya ke arah kemaluan Sumayyah sehingga tembus sampai ke punggungnya. Maka berakhirlah siksaan yang diderita Sumayyah. Ia wafat dengan penuh keridhoan dan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dengan itu, maka tercatatlah Sumayyah sebagai syahidah (wanita yang meninggal dalam keadaan syahid) pertama dalam Islam.

Suatu ketika, ‘Ammar berkata kepada Rasulullah :
“Wahai Rasulullah , siksaan yang kami derita rasanya sudah mencapai puncaknya.”
Maka Rasulullah berkata kepadanya: “Bersabarlah wahai Abal Yaqdhon. Ketahuilah, tidak satu pun keluarga Yasir yang akan disiksa dengan neraka.”
Dan ketika Abu Jahal terbunuh pada perang Badar, Rasulullah berkata kepada ‘Ammar bin Yasir: “Allah telah membinasakan orang yang telah membunuh ibumu.”Lihatlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah sebagai nasehatnya untuk keluarga Yasir??

Yaitu “Bersabar…” “Bersabar…” “Bersabar…” dan terus bersabar….Tidakkah kita melihat bahwa keluarga Yasir baru masuk Islam dan keimanannya masih lemah kala itu, ditambah lagi mereka harus menghadapi siksaan2 yg pedih oleh kaumnya, dan keluarga Yasir berharap ada yg mau membantu atau menolongnya. Lantas kenapa Rasulullah hanya memberikan nasehat “Sabar…sabar…dan sabar”? Itu membuktikan bahwa nasehat “Kesabaran” adalah nasehat yg paling baik dan sangat berharga sekali, namun kita tidak mengetahui akan hal itu. Orang2 yang tidak mengerti akan hakikat Sabar, ketika dinasehati untuk bersabar, maka banyak dari mereka yg marah dan tidak menerima nasehat tersebut, dengan berkata “Sabar itu ada batasnya”, atau “Habis sudah kesabaranku!”, “Masak disuruh sabar terus??”. Bagaimana halnya jika yg memberikan nasehat itu adalah Rasulullah?Itulah sebabnya, orang yang sabar pasti selalu disertai oleh Allâh Ta’âla.
“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allâh beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Anfal : 46)

Allah berfirman..
,وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

dan saling nasihat-menasihati untuk (menegakkan) yang haq, serta nasehat-menasehati untuk (berlaku) sabar.”
(QS. Al-’Ashr : 1-3)

“nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran”, yaitu mengerjakan ketaatan dan meninggalkan keharaman. “Dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”, yaitu bersabar menghadapi musibah, taqdir, dan gangguan orang-orang yang menentang amar ma’ruf nahi munkar.
(Tafsir Al Quranul ‘Azhim, Ibnu Katsir)

Subhanallaah .. Alhamdulillaah .. Allahu Akbar

Share on:
Ada kisah dimana Aisyah RA agak cemburu setelah melihat wanita tua yang mendatang Rasulullah SAW dan dilayani dengan sangat baik, melihat kejadian itu Aisyah RA datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, seperti inikah engkau menyambut dan memuliakan seorang wanita tua? Istimewa sekali.”

Rasulullah menimpali, “Ya, dahulu nenek itu selalu mengunjungi kami ketika Khadijah masih hidup. Sesungguhnya melestarikan persahabatan adalah bagian dari iman.”

Setelah kejadian itu, Aisyah mengatakan, “Tak seorang pun dari istri-istri nabi yang aku cemburui lebih dalam ketimbang Khadijah. Meskipun aku belum pernah melihatnya, namun Rasulullah SAW seringkali menyebutnya. Pernah suatu kali beliau menyembelih kambing lalu memotong-motong dagingnya dan membagikannya kepada sahabat-sahabat karib Khadijah.”

Jika hal tersebut disampaikan Aisyah, Rasulullah SAW menanggapinya dengan berkata, “Wahai Aisyah, begitulah kenyataannya. Sesungguhnya darinyalah aku memperoleh anak.”

Pada kesempatan lainnya, Aisyah mengatakan, “Aku sangat cemburu dengan Khadijah karena sering disebut Rasulullah SAW, sampai-sampai aku berkata: Wahai Rasulullah, apa yang kau perbuat dengan wanita tua yang pipinya kemerah-merahan itu, sementara Allah SWT telah menggantikannya dengan wanita yang lebih baik?”

Rasulullah SAW menjawab, “Demi Allah SWT, tak seorang wanita pun lebih baik darinya. Ia beriman saat semua orang kufur, ia membenarkanku saat manusia mendustaiku, ia melindungiku saat manusia kejam menganiayaku, Allah SWT menganugerahkan anak kepadaku darinya.”

Itulah sepenggal kisah tentang kesetiaan hakiki, bukan kesetiaan semu. Kesetiaan imani, bukan materi. Kesetiaan yang dilandaskan rasa cinta kepada Allah SWT, bukan cinta nafsu syaithani. Kesetiaan suami kepada istri yang telah lama mengarungi rumah tangga dalam segala suka dan duka.

Kecantikan Aisyah tidak membuat Rasulullah SAW untuk melupakan jasa baik dan pengorbanan Khadijah, betapa pun usianya yang lebih tua. Kesetiaan inilah yang membuat cendikiawan muslim Nahzmi Luqa mengatakan,
“Ternyata kecemburuan Aisyah tidak mampu melunturkan kesetiaan Nabi kepada Khadijah, kesetiaan yang harus diteladani para pasangan suami istri.“
Share on:
  • ← Previous post
  • This blog is to share my Travel stories.
  • Hi, my name is Putra. I'm traveller originally from Indonesia, living in Bogor, West Java.
140x140

Putratama Taufik

Founder of the website
Facebook Twitter Instagram RSS
Labels
  • Cerita unik
  • automotive
  • cerita sehari-hari
  • cinta
latest posts
latest comments
Powered by Blogger.

Contact Form

Name

Email *

Message *

Followers

Putratama Taufik @Dat70s
@Putratama Taufik Please contact us via info@Putratama Taufik

Please contact me at putratama.taufik@gmail.com

— Denmas_88 (@Dat70s) August 12, 2019

Putratama taufik

Blogroll

  • DALS AUTOBODY
    Pengecatan Mercedes Benz E320 W124 Masterpiece
  • Dals AutoBody - YouTube

This blog is to provide you with daily outfit ideas and share my personal style. This is a super clean and elegant WordPress theme for every bloggers. Theme is perfect for sharing all sorts of media online. Photos, videos, quotes, links... etc.

Facebook Twitter Flickr Linkedin Gplus Youtube

Putratama Taufik

Together We Rise

  • Home
Created By SoraTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates