Satelit berfungsi sebagai repeater atau pengulang sinyal informasi yang ditempatkan diangkasa.Prinsip kerjanya hampir sama dengan repeater radio pada komunikasi radio terrestrial, yaitu antenna satelit menerima sinyal yang dipancarkan dari antenna di stasiun bumi kemudian diperkuat dan dipancakan kembali ke bumi dengan frekuensi yang berbeda.
Teknologi satelit berawal dari tulisan Arthur C Clarke (1945) yang berjudul Extra Terrestrial relays, tulisan ini berawal dari kondisi pada waktu itu yaitu adanya keterbatasan jarak untuk transmisi radio terrestrial ( permukaan bumi). Pada tulisan tersebut diungkapkan tentang visinya bahwa pada dasarnya telekomunikasi melalui radio biss dilakukan menjangkau seluruh permukaan bumi apabila kita menempatkan tiga buah stasiun pengulang sinyal radio (relay stasiun) di ruang angkasa pada suatu jarak tertentu.
Sebagai negara yang secara geografis terbentang paling panjang di katulistiwa,
Satelit yang penulis maksud disini adalah wahana angkasa yang ditempatkan manusia di angkasa untuk keperluan tertentu, khususnya broadcasting, komunikasi, dan penginderaan jarak jauh. Obyek ini nyaris seperti abstrak, karena dia tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang.
Teknologi satelit, meskipun sudah lama ada, adalah teknologi yang mahal, sehingga tidak aneh, bahwa negara sebesar Indonesia yang terbentang sejauh 40 derajat longitude, hanya memiliki 10 satelit saja yang di operasikan oleh operator satelit Indonesia. Langit
Secara teoritis, seluruh lapisan langit yang berada mulai dari ketinggian puluhan hingga puluhan ribu kilometer adalah ruangan yang terbuka yang layak dan lazim dipakai untuk penempatan wahana antariksa. Satelit ada yang beroperasi di stratospir di ketinggian puluhan kilometer, maupun di ketinggian ratusan kilometer yang dikenal sebagai satelit orbit rendah, LEO (Low Earth Orbit), atau yang berketinggian puluhan ribu kilomerter, yaitu satelit-satelit Geostasioner GEO (Geosynchronous Orbit)
0 komentar