Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang"
(Al Hujurat:12)
Buruk sangka..
Siapa yang tak mengenal dan tak pernah merasakan yang namanya buruk sangka? Ia adalah salah satu jenis penyakit hati yang sering dianggap remeh oleh hampir sebagian insan.
Ia adalah salah satu jenis penyakit hati yang mudah terbersit dalam hati dan pikiran.
Ia adalah salah satu jenis penyakit hati yang mudah tersulut karena kebencian dan kedengkian.
Ia adalah salah satu jenis penyakit hati yang bisa memicu akhlak buruk lainnya seperti ghibah (nggosip), fitnah dan namimah (adu domba).
Ia ibarat rayap yang siap merobohkan sebuah bangunan kayu yang kokoh sekalipun.
Ia ibarat virus yang meracuni darah dan siap mematikan fungsi organ tubuh yang lainnya.
Ia ibarat hama yang siap membuat padi menjadi rapuh dan kehilangan isinya.
Perlahan tapi pasti, ia akan menjadi penghancur hati yang sangat membinasakan.
Perlahan tapi pasti, ia akan memadamkan cahaya hati yang begitu susah untuk meraihnya.
Perlahan tapi pasti, ia akan membawa hati seorang insan menuju kebinasaan dan kesesatan.
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata :
Allah ‘Azza wa Jalla melarang hamba-hamba-Nya dari banyak persangkaan, yaitu menuduh dan menganggap khianat kepada keluarga, kerabat dan orang lain tidak pada tempatnya. Karena sebagian dari persangkaan itu adalah dosa yang murni, maka jauhilah kebanyakan dari persangkaan tersebut dalam rangka kehati-hatian.
Kami meriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu beliau berkata, Janganlah sekali-kali engkau berprasangka kecuali kebaikan terhadap satu kata yang keluar dari saudaramu yang mukmin, jika memang engkau dapati kemungkinan kebaikan pada kata tersebut. (Tafsir Ibnu Katsir, 7/291).
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang"
(Al Hujurat:12)
Buruk sangka..
Siapa yang tak mengenal dan tak pernah merasakan yang namanya buruk sangka? Ia adalah salah satu jenis penyakit hati yang sering dianggap remeh oleh hampir sebagian insan.
Ia adalah salah satu jenis penyakit hati yang mudah terbersit dalam hati dan pikiran.
Ia adalah salah satu jenis penyakit hati yang mudah tersulut karena kebencian dan kedengkian.
Ia adalah salah satu jenis penyakit hati yang bisa memicu akhlak buruk lainnya seperti ghibah (nggosip), fitnah dan namimah (adu domba).
Ia ibarat rayap yang siap merobohkan sebuah bangunan kayu yang kokoh sekalipun.
Ia ibarat virus yang meracuni darah dan siap mematikan fungsi organ tubuh yang lainnya.
Ia ibarat hama yang siap membuat padi menjadi rapuh dan kehilangan isinya.
Perlahan tapi pasti, ia akan menjadi penghancur hati yang sangat membinasakan.
Perlahan tapi pasti, ia akan memadamkan cahaya hati yang begitu susah untuk meraihnya.
Perlahan tapi pasti, ia akan membawa hati seorang insan menuju kebinasaan dan kesesatan.
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata :
Allah ‘Azza wa Jalla melarang hamba-hamba-Nya dari banyak persangkaan, yaitu menuduh dan menganggap khianat kepada keluarga, kerabat dan orang lain tidak pada tempatnya. Karena sebagian dari persangkaan itu adalah dosa yang murni, maka jauhilah kebanyakan dari persangkaan tersebut dalam rangka kehati-hatian.
Kami meriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu beliau berkata, Janganlah sekali-kali engkau berprasangka kecuali kebaikan terhadap satu kata yang keluar dari saudaramu yang mukmin, jika memang engkau dapati kemungkinan kebaikan pada kata tersebut. (Tafsir Ibnu Katsir, 7/291).
0 komentar