Saya menulis ini bukan bermaksud untuk, mengumbar bualan “teori konspirasi, apalagi memancing SARA. Saya bersikap NETRAL disini dan saya menulis trit ini hanya untuk menyajikan suatu analisa yang saya sadur dari berbagai laporan jurnalistik Asing. Tapi apapun yang terjadi, yang berlalu biarlah berlalu, mungkin hukuman mati sudah menjadi suratan nasib bagi Amrozy dkk.
Kalo ada yang salah dalam tulisan saya, saya mohon maaf., dan CMIIW
Kurang lebih pukul 11.30 malam, hari Sabtu tgl 12 Oktober 2002, saat seseorang entah dimana menekan tombol yang lalu mengirim sinyal radio ke antena bawah tanah yang terdapat didalam pipa saluran air hujan dekat Sari Club, Bali. Dan sepersekian juta detik kemudian, bola api mengerikan terbentuk di jalan. Bola api itu berbentuk lingakaran yang berkilauan, mungkin dibuat dari 99.78% Plutonium 239 yang diproduksi oleh fasilitas nuklir Dimona di gurun Negev, Israel Selatan (Joe Vialls)
Beberapa detik berlalu dan monster mengerikan ini melanjutkan aksinya ke jalanan, menguapkan semua orang yang berdiri dalam jarak 30 kaki dan menggerus sekurangnya 2 ton serpihan aspal mematikan di sepanjang jalanan Kuta Bali. Tiap orang yang berdiri di jalur ledakan menderita luka bakar serius akibat emisi panas.
Tidak lama kemudian, sang monster mengirim energi gelombang panas yang luar biasa dan segera menghanguskan sekurangnya 27 bangunan di area yang berdekatan, membakar area parkir yang berjarak 2 blok dari titik ledakan, dan kelak diketahui tidak ada alat Geiger manapun yang mendeteksi adanya radiasi.
Kebiadaban ini nampaknya sebagai “hukuman” terhadap warga Australia dan warga Yahudi-Nasrani yang bertentangan dgn Islam. Diantara korban, orang Australia paling banyak, yang sebenarnya bersikap arif dalam menentang PM mereka, budak-nya George W. Bush dan Ariel Sharon dalam kebijakan kejinya terhadap Timur Tengah.
Politisi dan ahli akademis cepat-2 berebut berbicara depan kamera televisi dengan penjelasan yang kurang bisa dipahami; bagaimana dan mengapa pengeboman terjadi di tempat pertama, dan mengapa lusinan korban dengan badan masih utuh jadi “lenyap” tanpa jejak. Masalah besar berikutya bagi politisi dan ahli adalah kawah besar di jalanan di luar Sari Club, kawah dengan kedalaman 5 kaki dan diameter 22 kaki. Kawah itu memberi bukti bahwa senjata diledakkan dari bawah tanah. Satu-2 nya jawaban kenapa bahan peledak dapat menciptakan kawah jika bila bahan peledak dijatuhkan dari pesawat dan melakukan penetrasi ke dalam tanah, atau bila bom itu secara fisik diletakkan di bawah tanah. Para politisi dan ahli sendiri nampaknya punya masalah dengan pemikiran mereka tentang kawah. Media massa juga ikut membantu dengan tidak menayangkannya di televisi atau koran-2, dan “pencucian otak” publik segera membuat orang melupakan kawah tersebut. Kemungkinan mengapa masyarakat tidak percaya juga disebabkan karena petasan buatan China dalam jumlah besar, suatu awal penyajian dis-informasi yang cukup serius.
Kurang dari 24 jam setelah ledakan, media massa mengklaim bahwa penyidik di TKP “telah menemukan jejak C4. Ini adalah kebohongan, meski demikian berita tersebut cukup “menghancurkan”, sebab tiap orang yang punya televisi dan film-film Sylvester Stallone atau Bruce Willis menyadari betapa dahsyatnya C4 itu. Stallone mengahantam musuh-2 nya di depan mata pakai itu, dan Willis menggunakannya untuk menghancurkan pembajak pesawat. Dalam tiap tontonan tv ledakan diiringi dengan bola api raksasa yang dibuat untuk menggambarkan bahwa “neraka depan mata”, memberi kesan C4 adalah bom paling kuat di muka bumi.
Composition (C) 4 adalah komponen stabil & lemah dari 91% RDX dan 9% non-explosive Polyisobutylene plasticiser. Sebenarnya C4 hanya 1.2 kali lebih kuat dari TNT. Bom plastik ini punya reputasi terutama karena penggunaannya yang fleksibel. Anda dapat meletakkannya sesuka anda, dan melekatkannya dimanapun kalian mau walau dalam air sekalipun.
kawah di Pantai Kuta
Pandangan media Australia tentang C4 sungguh dangkal, bola api raksasa yang selalu mengiringi ledakannya adalah tidak benar karena bola api raksasa itu adalah efek pyroteknik khusus yang didesain untuk memuaskan penonton.
Ini disebabkan karena media dgn tangkas menaruh headline berita bersama dengan ulasan “ahli” untuk mencari tahu bahan peledak yang benar-benar dapat dipercaya publik, yaitu micro nuklir. Kurang dari 24 jam kemudian media mengubahnya jadi cerita “fiksi”; “ sebuah minivan penuh dengan tabung gas”, dengan judul LEDAKAN diatasnya. Jelas itu ditujukan untuk menggiring opini publik akan senjata bernama FAE (Fuel Air Explosive) biasa dijuluki Poor Man Atomb Bomb, yang sukses dijatuhkan pesawat2 Amerika di Irak dan Vietnam.
Ledakan FAE yang “sempurna”, 100 kaki dari permukaan tanah
Media mengakui bahwa FAE bisa meledak sekurangnya 100 kaki di atas target dan menciptakan awan bermuatan ethylene oxide gas yang bersifat membakar. Mereka juga memahami walau air-launched FAE tidak membuat kawah (karena tidak menekan tanah), daya hisap dimiliki senjata itu saat mengambil oksigen untuk membakar, dan itu sudah cukup untuk mencabut paru-2 orang keluar dar mulutnya. Tapi tidak ada hal menakutkan seperti ini yang terjadi di Bali.
Persepsi mayoritas orang tentang senjata nuklir adalah apa yang terjadi beberapa dekade lalu saat Amerika menjatuhkan bom atom di Hiroshima, Jepang. Sebuah bom atom dengan inti Uranium 235, dinamai Little Boy, meledak dgn kekuatan setara 15.000 ton TNT.
Little Boy adalah satu dari bom atom fisi “terkotor” yang pernah diledakkan di bumi. Massa utama-nya (U-235) hanya mengalami reaksi fisi murni kurang dari 1%. Jadi apa yang tersisa setelah ledakan adalah badai salju radiasi neutron, alpha, beta dan gamma yang mematikan. Radiasi gamma mengakibatkan berbagai luka serius pada korban-Hiroshima, mencakup nekrosis dan ulserasi. Radiasi gamma terdeteksi dengan Geiger counter dan memberi peringatan akan zona berbahaya. Jadi, setiap Geiger counter dalam beberapa mil di Hiroshima berbunyi keras selama beberapa minggu yang terjadi terutama karena radiasi gamma.Harap diingat jika micro nuklir adalah senjata ‘kecil’ tapi punya massa inti dengan partikel jumlah terbatas yang bisa menyebar dalam area luas. Anda mungkin berada dalam jarak 5 kaki untuk mendeteksi partikel tunggal, tapi pasti sudah banyak yang menghilang. Bali sering mengalami hujan deras dan Sari Club berlokasi sekitar 200 meter dari Pantai Kuta, dimana saluran air hujan di jalanan utama Kuta dialirkan ke laut. 1 minggu setelah ledakan, deteksi mungkin sudah terlambat.
Polisi Indonesia memakai masker dan sarung tangan, bandingkan dengan penyidik Australia dan Inggris yang berdiri dan menghirup zat kontaminan di TKP
Setelah serangan teroris di Bali, “road show” kaum non-Muslim dipastikan mencapai puncak, dgn koran-koran Amerika yg melaporkan peristiwa itu secara besar-besaran. Coba lihat berita berikut; “ di kota Solo, sekitar 100 mahasiswa siswa sekolah pembela Abu Bakar Bashir dalam waktu singkat memblokir jalan masuk RS Muhammadiyah dimana dia dirawat karena penyakit jantung dan pernafasan. Polisi bersiaga, namun tidak menghalangi…”.
Pemerintah menuduh Baasyir terkait al-Qaida dan mengatakan jika kaki tangannya, dikenal dengan nama Hambali, adalah orang yang berada dibalik pemboman-2 di tanah air. 2 org itu juga dituduh sbg pimpinan jemaah Islamiyah, yang dipercaya sbg aliansi utama Al-Qaeda di Asia Tenggara.
“Bashir ditangkap hari Sabtu atas tuduhan bom Natal thn 2000 dmn 19 org tewas. Dia sebelumnya menolak keterlibatannya dalam serangan itu dan juga bom Bali. Dia juga menuduh CIA mengarang cerita Jemaah Islamiyah dan Al-Qaeda sebagai alasan untuk menyiksa kaum Muslim dan membuat kekacauan antar umat beragama”.
Pernyataan Bashir jelas benar, karena tidak ada anggota ‘Al Qaeda” fiktif yang bisa menerobos ketatnya keamanan fasilitas nuklir Dimona di Israel untuk mencuri sebuah senjata nuklir (Joe Vialls)
Usaha pemerintah Australia untuk menimpakan kesalahan bom Bali pada “Teroris Muslim” mengundang bahan tertawaan. Pemerintah Australia mengklaim bahwa ledakan heboh yang menguapkan lusinan korban di pantai Kuta disebabkan oleh bom yang “dibuat dari 50-150 kg klorat”, yang dicuri dari sebuah gudang di pulau Jawa selama bln September. Mengklaim bahwa bom bali dibuat dari potassium klorat adalah ketololan besar, dan jelas memperlihatkan tekanan Amerika dan Israel pada Australia agar secara resmi mengatakan “ Orang muslim pelakunya”.
Ya, kalian bisa bikin senjata pake 90% potasium klorat dan 10% paraffin, tapi sungguh lambat dan bakalan low-explossive. Membuat senjata yang tidak meledak prematur, dgn 400 pon potasium klorat dan parafin dicampur Power gel akan membuat kacau balau suasana jalanan Pantai Kuta, namun tidak mampu berbuat banyak. Suspensi potasium klorat dan parafin memiliki kecepatan detonasi 3500 kaki perdetik ( feet persecond/fps), bandingkan dengan Amonium Nitrat & Diesel 12.000 fps serta 22.800 fps untuk RDX. Dengan istilah lain, jarak berapapun dari titik ledakan, komponen peledak yang berbeda itu akan melakukan tekanan ke atas beberapa pon/incipersegi pada target. Derajat kerusakan pada target selalu sebanding dengan overpressure tekanan ke atas.
Bukti mutlak bahwa dongeng Australia itu bohong dapat dilihat pada foto-2 struktur beton bertulang yang terletak diatas 50 kaki dari permukaan tanah. Setiap fragmen beton tercerai berai karena overpressure, dan hanya meninggalkan potongan2 pipa beton. Hal spesifik ini dijelaskan dengan gamblang oleh pensiunan Jenderal Benton K. Partin yang bertanggung jawab mutlak terhadap seluruh penelitian, pengembangan, ujicoba, pembaharuan dan manajemen sistem persenjataan di Angkatan Udara AS ( USAF); “Gelombang tekanan bom (1 juta-1.5 juta pond/inci persegi) dengan kecepatan ledak tinggi disertai gelombang kompresi mengakibatkan deformasi struktur beton. Karena tekanan gelombang melampaui ambang ketahanan beton (sekitar 3.500 pon/inci persegi), maka struktur beton berubah jadi serpihan pasir dan debu hingga gelombang ledakan lenyap atau berada dibawah ambang kekuatan beton.”
Karena ledakan dengan air gap 50 kaki kurang memiliki energi besar yang cukup untuk melawan struktur fondasi beton, lalu 400 pon bahan peledak kimia digembar-gemborkan oleh Pemerintah Australia. RDX memang akan menekan (namun tak melampaui) 10 pon/inci persegi 50 kaki jauhnya dari titik ledakan, dan potasium klorat dengan takaran seimbang mungkin bisa mendesak 2 pon/inci persegi pada kisaran jarak yang sama. Masalahnya sudah jelas, dan kesimpulan dari pemerintah Australia yg menyederhanakan masalah dengan dongeng liar tentang detergen potasium klorat yang dicuri dari Jawa jelas tidak benar. Untuk menyebabkan kerusakan pada TKP di Bali, kita mesti punya senjata dengan senyawa berat, dan kecepatan ledakan harus cukup cepat untuk memastikan kalau tekanan 1 juta pon/inci persegi diberikan pada jarak 50 kaki dari titik ledakan. Hanya satu senjata di dunia yg tepat untuk membuat kegemparan ini, yaitu micro nuklir Dimona dari gurun Negev (Joe Vialls).
Struktur beton yang tercerai berai
Tanggal 6 November 2002, klaim Joe Vialls tentang micro nuklir di Bali dipublikasikan di halaman depan koran-2 di seluru Pulau Jawa. Nampaknya klaim tsb disambut hangat di Indonesia setelah kecurigaan besar Australia dan keterlibatannya dalam penyidikan di Pantai Kuta yang tidak perlu. Sebagai catatan, untuk bisa mengukur tingkat kepercayaan dan perasaan sakit hati, tanyakan pada diri anda sendiri gimana kalo segerombolan polisi Indonesia tak diundang “menyelidiki” TKP di New York, Sydney, atau London.
Keesokan paginya, anggota2 pemerintah RI di Jakarta terlibat pembicaraan serius mengenai senjata nuklir, dan dongeng lucu Australia_Amerika ttg “ Jemaah Islamiyah & Al Qaeda yang menyerang Bali” dengan cepat menyebar di Indonesia.
Menurut sebuah sumber pemerintah di Jakarta, tindakan tegas diambil untuk memulihkan suasana namun dongeng Australia-Amerika pun dipaparkan ke depan mata publik. Tak berapa lama, seorang Jenderal terkait dengan TNI memerintahkan seorang pria bernama Amrozi untuk “segera” mengaku. Mengutip sebuah sumber pemerintah di Jakarta, “Amrozi disetrum 220 Volt, dicecokin secangkir Scopolamin, dan 30 menit kemudian Amrozy berani bersumpah bahwa dia adalah George Bush”. Penyidik Australia dan Amerika langsung terlibat dalam penyiksaan ini sekaligus dengan dungunya mengatakan pada pemirsa televisi bahwa mereka “tidak perlu untuk memeriksa kejiwaan tersangka”.
Kenyataan ttg Amrozi adalah ia seorang mekanik motor
0 komentar